PURWAKARTA - Akses jalan yang kini mulus di Kecamatan Sukasari menjadikan wilayah yang tadinya terisolir selama lebih dari 50 Tahun ini terbuka.
Denyut mobilitas warga setempat kini mulai terasa, bahkan, warga dari luar Sukasari pun sudah mulai mendatangi wilayah tersebut.
Daya tarik alam yang relatif belum terjamah tangan manusia di wilayah ini memiliki pesona yang tidak bisa dikatakan biasa. Sukasari yang mayoritas wilayahnya masih berupa hutan belantara ternyata memiliki 'Grand Canyon'.
Ya, namanya Curug Tilu, berlokasi di Desa Ciririp, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.
Dua jalur dapat dimanfaatkan oleh wisatawan yang ingin datang ke Curug Tilu. Jalan Cikao Bandung Jatiluhur yang langsung tembus ke ruas Jalan Sukasari yang sudah mulus dapat menjadi pilihan utama, melalui jalur ini hanya dengan waktu 40 menit, wisatawan sudah dapat sampai di Desa Ciririp.
Sementara jalur via Jalan Maniis - Sukasari tidak disarankan karena masih dalam tahap penyelesaian oleh pemerintah daerah setempat.
Jarak 1 KM dari jalan utama harus dilalui oleh wisatawan untuk memasuki area Curug Tilu ini.
Wisatawan terlebih dahulu akan melihat Pos KOMP@S (Komunitas Pecinta Alam Sukasari) berupa saung bambu tradisional beratapkan ijuk.
Disinilah komunitas yang dipimpin oleh Muhammad Arifin (32) sejak Tahun 2013 itu berusaha mengeksplorasi potensi wisata alam di kecamatan yang baru saja dibuka akses jalannya tersebut.
"Sejak Kang Dedi (Bupati Purwakarta) membuka akses jalan, kami memandang ini sebagai kesempatan, kenapa tidak? Potensi alam disini kita perkenalkan kepada masyarakat luas, masih sangat asri dan harus kita rawat," kata pria yang akrab disapa Arif itu hari ini Jum'at (10/2) dalam perbincangan bersama Tim Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Purwakarta.
Arif sempat menjelaskan fasilitas yang bisa dinikmati oleh wisatawan saat berkunjung ke Curug Tilu. Home stay sudah tersedia di pinggir curug (air terjun) lengkap dengan hammock (ayunan) dan tempat khusus untuk berenang, hidangan nasi liwet pun sudah termasuk harga Rp50 ribu untuk seluruh paket fasilitas ini.
"Nasi liwetnya bisa untuk lima orang, terus terang kami belum tetapkan tarif, itu sebenarnya pengganti masak nasi liwet saja," katanya menjelaskan.
Tepat di curug utama, para wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan alam nan hijau dengan kontur bebatuan khas pegunungan. Warna air di tempat tersebut terlihat kehijauan persis seperti 'Grand Canyon' di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Selama ini, Arif mengaku hanya mengandalkan tenaga para pemuda di Desa Ciririp untuk melakukan pengelolaan. KOMP@S yang ia pimpin pun berencana melakukan pengembangan lebih lanjut berupa sarana untuk 'river tubing' dan 'body rafting'.
"Terus terang masih jauh dari maksimal karena kami disini beranggotakan pemuda desa saja, inginnya tambah bagus. Tapi Alhamdulillah, wisatawan dari Jakarta dan Karawang, dan khususnya Purwakarta sehari bisa 20-30 orang yang datang," pungkasnya.
Promosi terbatas melalui akun-akun sosial media milik pemuda desa tersebut pun terus dilakukan untuk menarik kunjungan wisatawan yang lebih banyak lagi.(Hms/Bim)